Bagi Anda yang pernah atau bahkan sering berpergian ke luar negeri, mungkin tak asing dengan penukaran mata uang atau valuta asing (foreign exchange/forex). Jika Anda mencermati, nilai tukar pun bisa naik dan turun atau berfluktuasi tergantung kapan Anda menukar uang yang Anda miliki dengan mata uang lainnya.
Fluktuasi nilai tukar tersebut kemudian dimanfaatkan bagi sebagian orang sebagai salah satu instrumen berinvestasi dan meraup keuntungan. Penasaran bagaimana caranya?
Secara sederhana, Anda bisa melakukan investasi dengan menyimpan mata uang asing dalam jangka waktu tertentu di rumah ataupun di bank dan menukarkannya kembali ketika mata uang yang disimpan mengalami penguatan nilai tukar. Namun, sebenarnya ada cara lain yang dilakukan sebagian investor untuk meraup keuntungan lebih banyak, yakni dengan melakukan jual beli dengan penukaran mata uang (trading forex)
Namun, bukan investasi namanya jika tanpa risiko. Dengan potensi keuntungan yang tinggi, peluang rugi pun cukup besar. Sejauh mana risiko dan peluang mendapatkan keuntungan?
Perencana keuangan Eko Endarto mengatakan, trading forex biasanya dilakukan secara derivatif atau menggunakan kontrak antara satu pihak dengan pihak lainnya (bilateral). Kontrak tersebut, berupa perjanjian penukaran pembayaran yang nilainya berasal dari produk yang menjadi nilai acuan, dalam hal ini kedua mata uang yang akan dipertukarkan.
"Jadi ada kontrak pembelian, nah investor ikut dalam transaksi kontrak tadi. Kontraknya berupa derivatif," tutur Eko kepada CNNIndonesia.com, dikutip Sabtu (19/1).
Trading forex ini umumnya dilakukan di bursa berjangka karena sifatnya tidak berupa fisik. Berbeda dengan investasi forex di bank dengan menukar uang fisik.
Pertama-tama, Anda harus memilih broker resmi dari dalam negeri ataupun luar negeri yang dibawahi langsung oleh otoritas perdagangan berjangka komoditi di masing-masing negara. Di Indonesia sendiri, otoritas tersebut dibawahi Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti).
"Mungkin lebih baik gunakan broker dari Indonesia saja, takutnya gunakan broker luar negeri ternyata tidak resmi," ucap Eko.
Beberapa broker yang bisa menyediakan fasilitas trading forex di Indonesia dan mendapatkan izin Bappebti, seperti PT Askap Futures, PT Monex Investindo Futures, dan PT Soegee Futures.
Setelah memilih, Anda bisa langsung melakukan registrasi dengan membuka akun. Kemudian, broker yang Anda pilih akan mengajarkan Anda bagaimana cara membaca grafik atau chart pergerakan nilai mata uang tiap negara.
Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra menjelaskan, investor harus menggelontorkan modal awal sekitar US$500 dolar atau sekitar Rp6,65 juta (kurs Rp13.300 per dolar AS). Modal awal ini kemudian bisa digunakan untuk mulai trading.
"Jadi nanti trading-nya menggunakan dana awal US$500 dolar ini," terang Ariston.
Selanjutnya, Anda bisa langsung melakukan trading atau beli (buy) mata uang yang Anda inginkan. Mata uang ini akan selalu berdampingan dengan mata uang lainnya, misalnya USD/EUR atau USD/JPY.
Bila USD yang di depan, maka artinya Anda membeli mata uang Dolar Amerika Serikat (AS) yang berbanding dengan mata uang Euro atau Yen Jepan. Namun, jika dibalik menjadi EUR/USD artinya Anda membeli mata uang Euro yang berbanding dengan Dolar AS, dan begitu juga dengan JPY/USD.
"Jadi lihat mata uang yang di depan, tapi tetap perhatikan sentimen dari kedua negara," kata Ariston.
Contoh sentimen bagi AS, misalnya, ketika ada target kenaikan suku bunga The Fed sebanyak dua kali dalam satu tahun maka mata uang Dolar AS akan langsung menguat. Selain itu, kebijakan Donald Trump akan turut mempengaruhi pergerakan forex.
"Jadi lihat sentimen dari negara-negara yang mata uangnya diperdagangkan," katanya.
Namun begitu, trading forex ini berbeda dengan investasi lainnya karena bersifat dua arah. Bila dibandingkan dengan saham, investor membeli saham di harga rendah dan menjualnya ketika harga saham sudah naik untuk merealisasikan keuntungan.
Nah, dengan trading dua arah ini, investor tidak perlu terlalu khawatir jika ada sentimen negatif terhadap mata uang yang sedang di trading kan. Pasalnya, investor sudah dapat menjual kontrak forex nya ketika dirinya belum memiliki kontrak tersebut.
"Jadi kalau sekarang misalnya harga US$100, tapi dua hari lagi perkiraan investor (nilai mata uang lainnya) jadi US$80. Untuk dapat untung bisa jual dulu nanti dua hari lagi beli di angka US$80," terang Eko.
Dengan demikian, investor akan mendapatkan untung US$20. Dana pembelian akan terpotong dari margin investor, berikut dengan keuntungan yang diraih.
Tidak Untuk Pemula
Eko berpendapat, sebaiknya Anda harus mencicipi investasi saham terlebih dahulu, sebelum melakukan trading forex. Pasalnya, trading forex lebih rumit dan tidak semudah saham. Selain itu, pergerakannya sendiri lebih dinamis.
"Jadi trading forex ini ditujukan bagi yang sudah lama berkecimpung di dunia investasi karena risikonya tinggi," ungkap Eko.
Selain saham, mungkin Anda juga bisa mencoba dulu investasi emas secara fisik agar tidak kaget ketika mendapatkan rugi ketika harga emas turun. Setelah itu, Anda bisa beralih untuk trading emas di bursa berjangka, baru kemudian trading forex.
"Jadi merasakan dulu punya barang yang harganya naik dan turun juga," jelas Eko.
Dengan pergerakan nilai mata uang yang sangat fluktuatif, Eko menyebut rata-rata imbal hasil (return) yang dapat diraih investor dari trading forex dalam setahun bisa mencapai 30 persen hingga 40 persen.
"Kalau saham rata-rata setahunnya hanya 10 persen sampai 20 persen," tutup Eko.
sumber
No comments:
Post a Comment